Senin, 12 Januari 2009
Rindu Penerus Generasi Arbi
TAK bisa dimungkiri, salah satu cabang olahraga yang mengangkat nama Kudus adalah bulutangkis. Lewat kucuran dana yang maksimal dan pembinaan yang modern, PB Djarum menjadi kawah candradimuka untuk melahirkan beberapa atlet berkelas. Nama-nama seperti Christian Hadinata, Liem Swie King, hingga Ardy BW, dan Alan Budi Kusuma lahir dari klub yang kini bermarkas di Kecamatan Jati itu.Selain itu, salah satu generasi emas yang dimunculkan PB Djarum adalah Arbi Bersaudara. Hastomo Arbi, Eddy Hartono, dan Hariyanto Arbi selalu menjadi tulang punggung Indonesia di masanya. Kiprah mereka diawali Hastomo Arbi yang menjadi pujaan publik dengan membawa kemenangan Indonesia atas tim kuat China. Hal itu terjadi pada perebutan Piala Thomas tahun 1984. Adik Hastomo, Eddy Hartono yang juga dikenal dengan panggilan Kempong kemudian meneruskan jejak sang kakak dengan mencatat prestasi di nomor ganda putra dan ganda campuran. Beberapa gelar juara pernah ia raih termasuk juara ganda putra All England dan medali perak Olimpiade tahun 1992 bersama Rudy Gunawan. Prestasi terbaik mereka bisa dikatakan dicatat si bungsu Hariyanto Arbi. Hariyanto merebut gelar juara All England (1993-1994), juara dunia (1995), dan berbagai turnamen internasional lainnya untuk nomor tunggal putra. Dia juga dikenal memiliki Smes 100 Watt yang menghujam ke pertahanan lawan.Namun, kini kenangan itu seolah terputus. Lama sudah tak terdengar nama atlet bulutangkis hasil binaan PB Djarum yang betul-betul asli Kudus. Beberapa atlet hasil binaan klub tersebut, hampir seluruhnya berasal dari luar daerah.Tanpa bermaksud mengedepankan unsur fanatisme kedaerahan yang sempit, tentunya perlu dipikirkan bagaimana cara untuk melahirkan penerus generasi Arbi yang memang asli Kudus. Pengcab PBSI Kudus sendiri berada di jalur yang tepat dengan menggelar beberapa kali turnamen lokal seperti Bupati Cup dan Muria Cup. Bupati Cup yang memasuki penyelenggaraan keempat tahun ini, kabarnya bakal diikuti hampir seribu peserta.Tapi, penyelenggaraan turnamen secara rutin saja ternyata tak cukup. Buktinya, pada seleksi penerimaan atlet PB Djarum tahun lalu, tak ada atlet asal Kudus yang diterima. Lantas apa yang perlu dilakukan.Sepertinya, sinergi antara klub, pemerintah daerah, serta keinginan masyarakat perlu diformulasikan ulang. PB Djarum mungkin bisa melakukan pembinaan sejak dini pada atlet lokal (hal yang sebenarnya telah mereka lakukan dengan mendirikan PB Champion). Sementara pemkab juga harus terlibat usaha penciptaan atlet bulutangkis tersebut dengan membuat kebijakan yang mendukungnya. Yang terakhir dan terutama, masyarakat juga harus ikut mendukung semua kegiatan. Berbondong-bondong menonton Bupati Cup IV yang dimulai minggu depan, bisa menjadi langkah pertama yang baik. @
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar