Rabu, 12 November 2008

Kopi Muria


JARANG orang membicarakan kopi dari Gunung Muria. Padahal puluhan hektar kebunnya ada di beberapa desa lereng gunung itu seperti Colo dan Japan. Masyarakat di Kudus lebih sering menyebut kopi dari daerah lain, seperti Jetak, Kecamatan Kaliwungu misalnya.
Kenikmatan kopi Muria tak jauh dibanding dengan yang lain. Setidaknya, itulah kata Muhdi Asnawi (40), pengusaha kopi asal Desa Padurenan, Kecamatan Gebog. Sepuluh tahun sudah dia menekuni usaha kopi dengan bahan mentah dari Colo.
"Awalnya coba-coba saja. Saya dengar kopi muria digemari orang-orang. Maka saya coba ambil dan mengolah di rumah," jelas Muhdi saat ditemui di kediamannya kemarin.
Menurutnya, masa panen kopi berlangsung Agustus-November. Pada masa itu, dia biasa berburu ke Colo. Berkilo kopi biasa dia borong. Meski demikian, kopi tersebut tidak langsung diolah.
"Seperti tembakau, kopi juga sebaiknya ditimbun dulu. Kurang lebih satu hingga dua tahun agar rasanya lebih mantap," ujarnya.
Selain itu, dia mengaku mengolah kopi dengan bahan bakar kayu. Pilihan itu menurutnya juga memengaruhi rasa kopi itu nanti.Setelah diolah dia memasarkannya ke beberapa tempat. Pada awalnya, Muhdi mengaku kesulitan mendapatkan tempat. Namun, perlahan-lahan kopinya mulai disukai. Hampir semua warung di kecamatan tempat dia tinggal memakai kopi hasil olahannya.Meski demikian, tak banyak yang tahu bahwa kopinya berasal dari Muria. Orang-orang lebih sering menyebut kopi Muhdi.
"Memang dalam pemasaran saya tak memakai merk khusus. Saya biarkan polos aja. Kalau orang lain mau mengemas ulang silakan," tambahnya.
Bahkan, dia mengatakan ada pedagang kopi Jetak yang memakai kopinya. Hanya saja, dalam pemasarannya dia menggunakan nama kopi Jetak.Saat ini, Muhdi telah mempunyai empat pekerja. Dalam sebulan, omzetnya mencapai jutaan rupiah. Meski demikian, Muhdi masih berharap agar harga kopi bisa diturunkan."Saat ini harga kopi masih terhitung mahal. Satu kilogramnya hampir mencapai Rp 20.000. Kalau bisa turun, saya yakin usaha saya bisa lebih berkembang," harapnya.
Akhir Oktober lalu, dia memamerkan produknya di lapangan desa bersama hasil industri kecil lainnya asli Padurenan. Hampir semua orang yang sempat mencicipi kopi Muria mengakui rasanya tak kalah nikmat dibanding kopi bermerk lainnya. @

Tidak ada komentar: